Senin, 24 Januari 2011

Teknologi Fermentasi Pangan Kalimantan Selatan : Lezat dan Kaya Probiotik



Beragamnya produk fementasi pangan tradisional yang ada di Indonesia merupakan saIah satu potensi pangan alternatif yang besar untuk membantu program penganekaragaman pangan dalam rangka mendukung ketahanan pangan. Namun perkembangan produk fementasi pangan tradisional ini masih kurang diperhitungkan bila dibanding dengan produk-produk pangan olahan dengan teknologi pengolahan yang lain. Produk pangan tradisional fementasi sangat  potensial sebagai pangan sumber probiotik yang mampu memberikan efek rnenguntungkan  bagi kesehatan. 
Efek probiotik yang ditimbulkan oleh produk fementasi berasal dari aktivitas bakteri asam laktat yang secara alamiah ada dalam produk  pangan tersebut. Banyak penelitian yang telah dilakukan berkaitan dengan efek probiotik yang ditimbulkan dari aktivitas yang dilakukan ofeh bakteri asam laktat.  Pada prinsipnya mekanisme efek probiotik  bagi kesehatan adalah bahwa bakteri asam laktat mampu mempertahankan keseimbangan mikroflota yang ada dalam saluran pencemaan, sehingga marnpu menstimulir  pertumbuhan bakteri-bakteri yang menguritungkan bagi kesehatan, sedang bakteri-bakteri  merugikan ditekan  pertumbukannya  (Fuller,  1989).  Efek menguntungkan lain bagi kesehatan  tubuh manusia dari aktivitas probiotik bakteri asam laktat adalah  mampu mengurangi  lactose intolerant, mengurangi diare, menstimulasi 350  Bald Besar Penelitian  don Pengembangan Pascapanen Pertanlan Prosiding Seminar Nasional Teknologi Inovatif  Pascapanen untuk Pengembangon lndustri Berbmis Pertanian kekebalan  tubuh, meningkatkan  aktivitas antitumor, dan  membantu  absorbsi mineral kedalam tubuh  (Vulianto, 2005). 
Bakteri  asam  laktat akan  rnenghasilkan  asam  laktat dan  senyawa-senyawa  lain dari metabolisme karbohidrat.  Asam  laktat sebagai produk utama  dari  metabolisme karbohidrat mampu  meningkatkan  keasanan sehingga mampu menghambat  bakteri asidurik. Senyawa-senyawa lain yang dihasilkan oleh bakteri asam laktat seperti hidrogen peroksida dan bakteriosin mempunyai potensi sebagai antimikrobia (Rahayu et al., 1996). Berdasarkan  mekanisme antikarsinogeniknya,  bakteri  probiotik memperlihatkan kemampuannya dalam menekan perkembangan  sel tumor dan meningkatkan sistem  imun di saluran  pencernaan,  menekan aktivitas  enzim  prokarsinogenik  di  fekal,  serta mengeliminir senyawa-senyawa prokarsinogenfmutagen  (Prangdimurti, 2001).

Kalimantan Selatan sebagai  salah  satu  propinsi  di  Indonesia  juga menyimpan banyak  jenis  pangan  tradisional  yang  tergolong  dalam produk  fermentasi,  beberapa diantaranya adalah Pakasam, Samu, dan Wadi. Ketiga produk tersebut merupakan produk ikan  yang  difermentasi. Produk  ferrnentasi  yang  lain  adaiah  Mandai. Ada dua  jenis Mandai yang dikenal yaitu Mandai Tiwadak dan Mandai Tarap. Mandai tiwadak adalah produk fermentasi  kulit  bagian  dalam  buah  cempedak, sedang mandai tarap merupakan produk  fermentasi yang dibuat dari buah tarap yang masih muda. 

Berikut  ini  akan diuraikan  beberapa teknologi  produk fermentasi pangan tradisional yang ada di Kalimantan Selatan, serta potensinya untuk dikembangkan  sebagai suatu agroindustri.

Teknologi Pengolahan  Pakasam
pakasam
Pakasam merupakan produk fermentasi  ikan.  Jenis  ikan  yang  sering digunakan adaiah ikan  Sepat rawa,  tapi  bisa juga  jenis  ikan haruan. Bahan-bahan  yang digunakan untuk fermentasi  ikan  ini  adalah  garam, beras  yang  disangrai,  dan  asam  cuka. Prinsip pengolahan  pakasam adalah  ikan  disiangi lalu dibersihkan,  dengan  cara  membuang  sisik, tutup insang,  insang  dan  isi  perut,  tapi  bagian  kepala  tidak  dibuang.  Ikan yang  sudah disiangi  ini  diletakkan  dalam  baskom  dan  dicampurkan gararn  pada  ikan tersebut, kernudian  diamkan  untuk  beberapa  saat. Setelah  itu  ikan  disusun  ulang dalam  baskom yang  berbeda.  Disini ikan  disusun dengan cara selapis demi selapis,  dan pada  tiap lapis tersebut  taburi dengan  beras  sangrai. Penambahan  asam cuka bersifat opsional. Pakasam biasa  disajikan  dengan  cara  digoreng bersama bawang  merah, bawang  putih,  lombok merah dan lombok hijau dengan menggunakan sedikit minyak,  atau dipepes sebagai lauk makan.

Teknologi Pengolahan Samu 
samu
Teknologi  pengolahan  Samu pada  prinsipnya  hampir  sama dengan Pakasam. Jenis  ikan yang  difementasipun  sama  yaitu  ikan  sepal  rawa maupun haruan.  Yang membedakannya adalah waktu  lamanya  proses fementasi.  Jika  pada  pengolahan  ikan pakasam waktu lamanya proses fementasi adalah  1-2 hari, maka pada pengolahan samu ini  waktu lamanya proses  fementasi  adalah  sekitar 2 jam.

Teknologi Pengolahan Wadi 
wadi
Produk pangan  tradisional  iain yang juga melibatkan  teknologi proses fermentasi adalah wadi.  Wadi biasa  dibuat  dari  ikan betok, tapi terkadang  juga  dibuat  dari  ikan Iaruan. Prinsip  pengolahan wadi adalah menurunkan Aw air dalam tubuh ikan dengan cara menambahkannya dengan garam pada  tiap  lapis susunan  ikan. Ikan betok yang telah dilumuri  seluruh  tubuhnya  dengan  garam  disusun dalam  wadah  yang  berlubang  pada bagian alasnya; sehingga air dapat menetes keluar wadah,  tidak menggenangi ikan. Wadi biasa disajikan dengan cara digoreng, masak santan (dalam bahasa Banjar disebut dengan "batanak"),  dan  masak  asarn.  Khairina,  dkk  (1999)  telah meneliti produk  wadi  ini berkaitan  dengan perubahan  sifat biokimiawi, fisikawi, mikrobiologi  dan  sensoris  yang terjadi  selama proses penggaraman wadi.

Teknologi Pengolahan Mandai 
Mandai
Selain  produk  fementasi  ikan,  di  Kalimantan  Selatan  juga  terdapat pangan tradisional produk  fementasi  lain  yang dibuat  dari bahan  dasar yang  berbeda. Mandai merupakan salah  satu diantaranya. Ada ada 2 jenis  mandai, yaitu  mandai  tiwadak yang dibuat dari kulit bagian dalam buah  cempedak, dan  mandai  tarap yang dibuat kulit buah tarap yang masih muda.  
Mandai  tiwadak dibuat  dengan  cara  : buah  cempedak dikupas,  diambil kulit bagian dalamnya,  dicuci  bersih,  kemudian  ditaburi  dengan garam. Masukkan  dalam toples tertutup  selapis demi selapis,  tambahkan air sampai seluruh  kulit  buah  cempedak terendam  oleh air. Diamkan selama hari 2 hari untuk berlangsungnya proses fermentasi. Mandai tarap dibuat dengan  cara  : buah  tarap dikupas  kulit bagian  luamya, dipotong menjadi  4  bagian,  direbus selama 24 jam  untuk  rnenghilangkan getah  yang ada. Selanjutnya dinginkan beberapa  saat,  lalu  tiriskan. Taburi garam  pada  tiap bagian buah, tambahkan  air dan sedikit  asam cuka. Masukkan  dalarn  toples  tertutup,  diamkan selama 2-3  hari untuk membiarkan  te jadinya  proses  fermentasi. Mandai bisa disimpan sampai 1 tahun  lebih.  Bahkan  semakin  tinggi  penmbahanlbronsentrasi  garam, akan semakin  lama daya simpannya, bisa sampai 3  tahun. Mandai biasa disajikan dengan cara digoreng dan juga dimasak santan.

Aneka produk  fermentasi pangan  tradisional khas Kalimantan Selatan tersebut di atas banyak  dijumpai hampir di  semua pasar tradisional  di Kalimantan Selatan.  Hal  ini disebabkan  karena produsen  selama  ini masih hanya memprioritaskan  untuk konsumen lokal  di Kalimantan Selatan.  Namun  sebenarnya  produk-produk  ini  juga mempunyai potensi untuk  menembus  pasar  di  luar  Kalimantan Selatan yang jumlah  konsumennya lebih  besar,  misalnya  di  Jawa  dan di Sumatera.  Mengingat  banyak  keunggulan  yang dimiliki oleh produk-produk fementasi seperti manfaatnya bagi kesehatan, cita rasa yang khas dan umur simpannya yang lama.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar